KesimpulanKitab Kejadian Bagian 1 YouTube kesimpulan kejadian 27, Allah berunding dulu sebelum menciptakan manusia Kej 1 26 27 Ini adalah perundingan ilahi karena dilakukan antar pribadi pribadi dalam Allah Tritunggal Ini tidak pernah Ia lakukan sebelumnya pada waktu Ia menciptakan ciptaan yang lain Allah menciptakan manusia menurut gambar dan Kejadian 22:1-19 TB. Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan Inilahproses pembentukan seorang manusia yang diangkat Allah SWT. sebagai khalifah-Nya di bumi. Proses yang tersampaikan dalam Surah al-Mu'minu-n [23] ayat 12-14 ini memberi pelajaran tentang dua hal penting. Pertama, Allah SWT. yang mengatur penciptaan manusia. Hal ini dengan nyata terlihat dari tahapan-tahapan pembentukan manusia dalam Tanggal: Sabtu, 28 Juli 2018. Ayat SH: Kejadian 49:1-28. Judul: Allah yang Penuh Pengertian. Sesungguhnya, Allah sangat mengerti dan memperhatikan detail hal-hal yang penting bagi kita. Dia adalah Allah yang adil, berimbang, dan tidak pilih kasih. Sering kali kita memang tidak sadar cara Tuhan bekerja. KEMARAU(Kejadian 8:22) Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam. Sebuah cuplikan berita menyatakan, "Kemarau 8.1 Istri Kain. 8.2 Kota. 9 Ayat 18. 10 Ayat 19. 11 Ayat 20-22. Toggle Ayat 20-22 subsection. 11.1 Ayat 20. 11.2 Ayat 21. Ayat 20-22 Ayat 20 Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak. Kejadian 1, Kejadian 2, Kejadian 3, Ibrani 11; Referensi Pranala luar UCc0zCk. Renungan Harian Kejadian 8 1-22 Kegagalan Nuh Sebagai Suami Renungan Harian Kejadian 8 1-22 Kegagalan Nuh Sebagai Suami. Kakek Mama memiliki adik yang dikenal di kampung sebagai orang baik, kaya, dan dermawan. Herannya, dari empat anaknya, tak satu pun meniru perangai orang tuanya. Dua anaknya hidup miskin sampai tua karena judi. Seorang lagi kawin cerai dan memiliki anak di luar nikah. Seorang lagi kerjanya hanya mauk-mabukkan. Orang sampai heran bagaimana mungkin orang tua yang begitu baik namun anak-anaknya rusak semua. Kegagalan Nuh Sebagai Suami Nuh dikenal sebagai orang yang hidup lurus, namun di mana sebenarnya letak titik kegagalan Nuh sebagai seorang suami? Sebelum keluar bahtera, Tuhan sudah memberikan kepada Nuh urutan keluar bahtera Nuh yang pertama, lalu isterinya, baru anak-anaknya dan menantunya Kej. 8 16. Namun, Nuh keluar bahtera dengan urutan yang salah. Nuh keluar pertama, lalu anak-anaknya dan barulah isteri dan para menantunya. Nuh seperti anggap remeh perintah Tuhan dalam urutan keluar bahtera. Tuhan ingin Nuh belajar menghargai, menempatkan isteri di sisinya. Sekalipun Alkitab tidak menjelaskan peran isteri Nuh, tapi secara tidak langsung isteri Nuh sangat berperan. Bayangkan beratus-ratus hari dalam bahtera, memberi makan beragam hewan. Belum lagi harus memasak. Tentulah Nuh tidak melakukan hal itu sendiri, tapi dibantu isterinya. Sayangnya, Nuh anggap remeh kehadiran isterinya. Isteri di mata Tuhan bukanlah sebagai penggembira tapi pewaris kasih karunia. Mari belajar dari kegagalan Nuh. Perlakukan pasangan dengan baik karena dari kitalah anak akan belajar tentang pernikahan yang sehat. [Epha] Renungan Harian Kejadian 8 1-22 Kegagalan Nuh Sebagai Suami Baca juga Renungan Harian Remaja 1 Korintus 6 14-15 Pasangan Seiman GambarNuh melihat pada orang-orang Nuh dan keluarga mematuhi Tuhan. Semua orang lainnya sangat jahat. Tuhan memberi tahu Nuh banjir akan menutupi bumi jika orang-orang tidak bertobat. Kejadian 65–13; Musa 813–17 GambarNuh mengajar orang-orang Nuh mengajarkan kepada orang-orang bahwa Tuhan mengasihi mereka dan ingin mereka bertobat dan memiliki iman kepada Yesus Kristus. Mereka tidak mau mendengarkan. Musa 819–30 GambarNuh dan keluarganya membangun bahtera Nuh sedih karena orang-orang tidak mau bertobat. Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah kapal besar yang disebut bahtera. Bahtera itu akan menjaga keluarga Nuh aman selama banjir. Kejadian 614–18; Musa 825 Gambarhewan-hewan berjalan masuk ke dalam bahtera Keluarga Nuh membawa makanan ke dalam bahtera. Tuhan mengirim setidaknya dua hewan dari setiap jenisnya kepada Nuh. Hewan-hewan itu masuk ke dalam bahtera, dan tujuh hari kemudian turunlah hujan. Kejadian 618–22; 71–9 Gambarbahtera mengapung di laut Sama seperti Tuhan telah memperingatkan, hujan turun selama 40 hari 40 malam. Banjir menutupi bumi. Kejadian 76–23 Keluarga Nuh dan seluruh hewan dalam bahtera mengapung dengan aman di atas air. Kejadian 724; 81–3 GambarNuh, keluarga, dan hewan-hewan di daratan Ketika banjir surut, bahtera mendarat di tanah kering. Nuh dan keluarganya membangun sebuah mazbah untuk menyembah Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya karena melindungi mereka. Tuhan berjanji tidak akan pernah mengirim banjir lagi ke bumi. Dia mengirim pelangi sebagai pengingat akan janji-Nya. Kejadian 813–22; 98–17 1. ALLAH MENGINGAT NUH & KASIH KARUNIA 81 Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu Ditutuplah mata-mata air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat dari langit,3 dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah seratus lima puluh Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung. Air bah mulai tahun 600 hari 17 bulan 2 menurut tahun Nuh, sekitar 1556 tahun Adam. Air bah 40 hari, yaitu total 150 hari 5 bulan bumi dikuasai air, bahtera berisi kehidupan berada di atas bumi & tak menyentuh darat, baru pada hari 17 bulan 7 lambung bahtera kandas di puncak Ararat di bawah air. Hidup & Keselamatan balik ke bumi. Puncak bumi tampak di hari 1 bulan 10. Inilah nubuat/gambaran, bumi terus dikuasai kekosongan, hingga Yesus & orang2 kudus yang naik ke sorga, balik menjadi penguasa tertinggi di bumi. Selama itu, Nuh & keluarganya harus diam menunggu saja. Tentulah Tuhan menjaga keadaan di dalam bahtera hingga hewan liar pun damai & tenang. Yang bisa dilakukan Nuh hanya berdoa & memberi makan semua hewan itu. Demikianlah sorga, semua ialah mahkluk-berdoa & damai sejahtera dalam dekapan Bapa, sebab dipenuhi Roh Kudus & diisi/makan Firman Kebenaran. 2. DUKA ALLAH REDA & MEMBERKATI LAGI 86 Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera;11 menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Setelah 40 hari hujan deras, Nuh mengutus gagak agar terbang jauh tinggi, pulang pergi. Tapi saat bahtera kandas, Nuh mengutus merpati agar tidak terbang jauh untuk melihat apakah air sungguh surut & tanda2 kehidupan. Gagak simbol dari kematian & duka, merpati simbol dari damai & kebaikan. Setelah 7 hari 24-7 perdu zaitun kecil mulai berdaun. Lalu 7 hari lagi 31-7 merpati itu mendapat tempat tinggal. Seperti Penciptaan, awalnya air, lalu tampak tanah, tunas tumbuh, burung di udara, ikan di laut, hewan, manusia. 5 bulan setelah kandas, umur 601, Nuh membuka tingkap, melihat bumi lagi. Selama Nuh dalam bahtera yang tertutup rapat & tak dapat melihat keluar, Tuhan memulihkan bumi seperti saat dicipta, ada berkat, damai & kebaikan. 3. ALLAH MEMBERI KEHIDUPAN BARU 814 Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh16 “Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu;17 segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.”18 Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu. Nuh tak keluar bahtera sekehendak sendiri, tapi menanti kehendak Tuhan. 1 tahun 10 hari, 370 hari sejak air bah datang, Tuhan mengeluarkan Nuh & memberi perintah sama seperti kepada Adam, yaitu mengisi bumi kembali. Yang Allah lakukan bukanlah membinasakan yang memang binasa, tapi arti perbuatanNya lebih kepada mengisi tempat yang ditinggalkan yang binasa, begitulah orang2 kudus menggantikan tempat malaikat2 jahat yang mati. 4. MEZBAH KORBAN BAKARAN & JANJI ALLAH 820 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 22 Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” Yang pertama dilakukan Nuh ialah mendirikan mezbah syukur & pengingat, bukan seperti mezbah pemujaan berhala untuk minta suap sesajen. Sebab Yehova ialah Tuhan yang lebih dulu bertindak & menghampiri. Kali ini pun Tuhan tak meminta dari manusia, tapi Nuh mau mempersembahkan milik terbaiknya, nyawa/darah, itu artinya nyawa yang selamat ialah milik Allah. Tuhan senang Nuh menyadari imannya, & Allah pun ganti berjanji menjaga mereka sebagai milikNya sendiri. Sekalipun Allah tahu manusia daging itu bodoh & nuraninya dosa, sebab itu harus diperhitungkan juga ke dalam janji tebusan nyawa Adam yang akan datang yaitu keturunannya, Yesus Kristus. Jika tak memperhitungkan Yesus, maka semua hal tak mungkin masih ada. Bahkan manusia masih mungkin berdosa, sebab Kristus belum datang lagi. Pengertian jahat’ ialah mahkluk asing, tak mengenal Allah & Allah itu asing. NIV mengartikan kecenderungan/inklinasi hati, KJV mengartikan imej/rupa. Dosa/kejahatan sejatinya bukan perbuatan, tapi pribadi, jiwa, hati, roh, ego. Sekali terlahir dari Pendosa, maka anak Pendosa itu pun ialah Pendosa juga. Dosa tak sekedar keturunan/diwariskan, tapi mahkluk yang sama/serupa dari 1 keluarga/1 spesies. Manusia ialah spesies & keluarga besar pendosa. Jadi, penentu berdosa atau tidaknya anak, ialah siapa yang membenihkan. Kristus bukan hanya tak berdosa, tapi juga tak mungkin berdosa, sebab Ia ialah Allah yang dikandung/dibuahi Roh Allah, hingga Ia disebut Anak Allah. Allah itu tertinggi maka Ia tak perlu wajib selalu memberitahu janjiNya, tapi sebab itu, orang berdosa sukar mengerti kehendak baikNya & percaya Dia. Tuhan tak akan merusak bumi bagi manusia, & tak membinasakan segala sekaligus sebab ada orang2 yang terikat perjanjian Tuhan turun-temurun. Selama bumi belum lenyap, waktu berputar terus & lama agar timbul iman. Bumi belum mati sebab Yesus belum datang lagi & masih tersisa umatNya. *** KESIMPULAN & CATATAN PENTING KITAB KEJADIAN PASAL 7-8 1. Sekalipun Tuhan berkuasa menjadikan semuanya dalam 1 hari, namun dari gambaran Nuh ini, kemungkinan Tuhan menciptakan setiap benda dalam kurun waktu tertentu yang justru periode bagi benda itu menjadi ada ialah proses & periode yang Tuhan sengaja ciptakan/tetapkan bagi benda itu seterusnya, contoh telur ayam menetas dalam 21 hari & padi masak setelah 95 hari. 8Air bah surut81-22 1Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. 2Ditutuplah mata-mata air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat dari langit, 3dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari. 4Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat. 5Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung. 6Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. 7Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. 8Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. 9Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. 10Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; 11menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. 12Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya. 13Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. 14Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering. 15Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh 16”Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu; 17segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.” 18Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya. 19Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu. 20Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. 21Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah Tuhan dalam hati-Nya ”Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 22Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” Terjemahan Baru Bible © Indonesian Bible Society 1974, Selebihnya Tentang Alkitab Terjemahan Baru 1 Samuel 81–22 . . . Bible Study Summary with Videos and Questions “Give Us a King to Lead Us” Early in 1 Samuel, the Israelites thought they'd benefit from using the ark of God as a good-luck charm instead of appreciating it as a sacred object. After suffering defeat at the hands of the Philistines, the Israelites brought out the ark and took it into battle with them see our summary of 1 Sam. 41–22, hoping it would bring them victory. As we know, it didn't. Now in chapter 8, it's not the ark but a king in whom the Israelites will place their trust and hope. This chapter marks ancient Israel's transition from judgeship to kingship. The Israelites’ desire for a king is but another event in their long history of looking for a source of benefits outside of God and his kingdom. Let's focus on critical changes that this chapter presents in its account of Israel’s history, documenting how slow Israel was to learn. Chapter 8 is divided into two parts. In vv. 1–5, we'll see Samuel make his two sons "judges over Israel" in his golden years; sadly, his sons won't walk in his ways; the Israelites will then demand their own king. In vv. 6–22, Samuel resists their plea for a king; he prays for guidance; the Lord tells him, listen to the people but warn them that a king would take away their sons for military endeavors; the king would also take the best for himself, including numerous tithes, ultimately making the people become the king's slaves; ironically, the people will cry out even more for their own king. “We Want a King!” 81–5 Much of Samuel’s life and ministry was passed over until chapter 8. The Israelites in Canaan had lived in separate territories, not within a united Israel. In v. 1, we find Samuel as a man getting up in his years, perhaps getting ready to retire. He'll appoint his two sons, Joel and Abijah, as judges for Israel, stationed in the frontier town of Beersheba. The people probably wouldn't have pressed for a king at this time had Samuel's sons proven to be as faithful to the Mosaic Covenant as their father had been. Samuel wasn't only gifted as a priest and judge, he was also a prophet. Apparently, God hadn't so gifted Samuel's two sons nor Eli's sons. It became obvious to Samuel that both had become corrupt, however, nothing more is said of their corruption or ministry. Over all, both sons weren't godly men like their father; neither did they follow nor “walk in his ways” v. 3. All of Israel's elders collectively told Samuel that, because he was old and that his sons weren't following his way, their nation required a king v. 4. Their proposed solution was foolish. The folly of their logic sounded like this Samuel, you're getting old, and your sons who'll replace you are corrupt. We can't have a bright future if our leaders are corrupt. Let’s create a new order with a king like other nations. Let him judge us within his dynasty, so that the king's son will rule in his place after his death, for generations to come. It was God who raised judges, yet God was excluded from the elders' purposed proposal. He didn't create a dynasty of judges in which their sons replaced them. Seeing Samuel’s sons as corrupt, they could have been set aside by the elders, as they were. But to propose a dynasty amounted to calling for a system in which the king’s sons would rule in succession, whether they were wicked or righteous. That couldn't be a cure! They simply wanted a king — without God's presence and influence — to become their judge, rather than having judges who acted as Samuel had done. They weren't trying to fire Samuel as their judge; they sought to fire God as their King. The Reason for Requesting a King vv. 6–9 6But when they said, “Give us a king to lead us,” this displeased Samuel; so he prayed to the Lord. 7And the Lord told him “Listen to all that the people are saying to you; it is not you they have rejected, but they have rejected me as their king. 8As they have done from the day I brought them up out of Egypt until this day, forsaking me and serving other gods, so they are doing to you. 9Now listen to them; but warn them solemnly and let them know what the king who will reign over them will claim as his rights” 1 Sam. 86–9. Look closely at the reason for demanding a king. God had made provision for kings to rule his people in the Mosaic Law Deut. 1714– cf. Gen. 126– 176, 16; 3511; 4910. The request in itself wasn't what displeased Samuel and God. Note The request had come from "all the elders of Israel" v. 4. God likely realized it this way "Elsewhere a king was god, but in Israel, God was to be King." However, the elders' request expressed a desire to be "like all nations." But God's purpose for Israel was that it be different from all nations, superior to them, and be a lesson for them Exodus 195–6. God saw their demand as one more instance of Israelite apostasy that prevailed since the Exodus cf. Numbers 1411. He acceded to their request, as he'd done many times before by providing manna, quail, and water in the wilderness. However, he combined judgment with his grace, then and today. Samuel wasn't at all pleased with the elders’ proposal. While it's true that they were seeking his replacement, the text tells us that this proposed change “displeased Samuel.” Simply put, Samuel knew that their request was wrong and that it was sinful. His response further confirmed his godly character He didn't rebuke the elders, shaming them with his disapproval and anger; he went to God in prayer, as he was inclined to do. God’s response to Samuel’s prayer confirmed Samuel’s assessment of the situation. God informed him that, ultimately, it was he, not Samuel, whom they were rejecting. Remember God had become Israel’s King capital "K" at the exodus. In v. 8, God reminded Samuel that Israel’s current rejection of him wasn't something new; it was one more instance in a constant succession of rejections, since the exodus. Their rejection of God as King, while asking for a king “such as all the nations have,” is nothing less than idolatry. The king they wanted was to become their “god.” Having exposed the roots of their worldly proposal, God then instructed Samuel to listen to the people and accept their demand for a king. Although Samuel was to grant the people's request, he was also to advise them of what the king "who will reign over them will claim as his rights” v. 9b. The Consequences of Requesting a King vv. 10–18 In v. 10, Samuel “told all the words of the LORD to the people who were asking him for a king.” Thus, he told the people what God had told him in vv. 7–9, and perhaps other words that God spoke that aren't recorded in our text. But the author wanted us to focus on words recorded in vv. 10–18, which appear to be a very significant part of Samuel’s message to the Israelites who demanded a king. He explained to them what it would mean for them to have a king similar to others. The elders were interested in the functions of monarchy, but Samuel pointed out the nature of monarchy. It meant a loss of freedoms and possessions that people presently enjoyed. In vv. 11–17, Samuel didn't define the rights of a king. Instead he described the ways of most kings. Note the recurrence of the words "take" seven times and "best" twice in the NIV. Another consequence of kingship was financial cost. What the Israelites were demanding was very costly. To have a king who'd lead them to war required a standing army. Being ruled by a king, life on farms would be different. The king would draft Israel's sons into military service; they'd drive his chariots or serve as horsemen or infantry soldiers, with some being drafted as officers. A standing army also needed supplies. Israelite sons would have to plant and harvest crops and build and maintain military equipment and the requisite non-military supplies. And it wouldn't be only young men whom the king would draft into his service; the Israelites’ daughters, who once sat or served at their fathers’ table, would be required to serve at the king’s table as perfumers, cooks, bakers, etc. But the price tag would become even larger. The king and his courts would consume a large quantity of very fine food. To afford that rich cuisine, the king would have to assess a tax on all growth. Their best grain would go to the king, along with the finest of their vineyards, groves, and pastures. A good portion of those fine things that an Israelite farm family once enjoyed would be consumed by the king’s servants. A tenth of farmers' seed and vines would be have to be collected to enable the king’s servants to plant their fields on land the king would take from the people. Add to that the high cost of a king needing staff to serve him. So he'd take the best of Israel's male and female servants. Also, the king would require livestock, and donkeys to plow the king’s fields, all of which the people would have to supply. In short, when the people's king is crowned, he'd rule heavily over them. People who'd enjoyed freedom would soon become the king's slaves. Once they'd finally realize what they'd gotten themselves into, it would be too late to change anything. The Israelites would one day cry out to God to relieve them of the oppression of their own king, but God wouldn't want to hear their outcries, since they'd agreed with wide-open eyes to become their king's slaves. God Meets Israel’s Demand vv. 19–22 19But the people refused to listen to Samuel. “No!” they said. “We want a king over us. 20Then we will be like all the other nations, with a king to lead us and to go out before us and fight our battles.” 21When Samuel heard all that the people said, he repeated it before the Lord. 22The Lord answered, “Listen to them and give them a king” 1 Sam. 819–22. Israel wanted a king. But Samuel warned that they'd pay dearly if they obtained a big government. Excess cost didn't matter to the people or their elders; they were determined to have their own king; they refused to listen to Samuel. Neither did they heed his warnings; they insisted on having a king who'd judge them and go before them in battle, a king to do their judging and their fighting. Samuel listened to all that the people had to say. He then went to the LORD, repeating all that they'd said to him v. 21, which is interesting. We shouldn't be at all surprised to read that Samuel went to the people, telling them everything that the LORD had said to him v. 10. But why did Samuel feel it necessary to tell the LORD all that the people had said to him? It's because Samuel, just like us, needed to talk, commune, and pray with God. We aren't to pray in order to inform him of things; instead, we pray to God because we need him in our life. We must be hearty in how we pray, sharing our burdens and concerns with him. Samuel told God everything the people had said, not because God needed to be informed, but because Samuel [and us] needed to become more personally intimate with God. In answer to Samuel’s prayer, God once again instructed him to give the people what they demanded. And so, not knowing who this king would be, Samuel sent the Israelites to their homes till God indicated the identity of their new king v. 22. Intro Video “The First Book of Samuel” † Watch this introductory video clip created by The Bible Project on It Makes You Wonder . . . Q. 1 Why was rejecting Samuel the same as rejecting God v. 7? Q. 2 Why does the Lord seem to give in to the Israelites v. 22?

kesimpulan kejadian 8 1 22